Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Hati yang Terkoyak

di sini, di dalam sini di dalam hatiku ini ada tanaman berakar tunggang yang tak tergoyahkan badai topan tanaman yang kau tanam dalam kita rawat siang malam akhirnya ia tumbuh tinggi menjulang meneduhi hati yang lama gersang tapi, tanpa peduli kondisi media tanamnya kau cabutnya begitu saja secara tiba-tiba aku tidak tahu kau mendapat kekeuatan darimana hatiku terkoyak serpihan dimana-mana terserak menyisakan lubang besar menganga yang tak tentu bentuk dan rupanya satu hal yang kutahu air mataku takkan jatuh sia-sia bentuk pertahanan terakhir menahan perihnya perih yang mendesak-desak rongga dada biarlah, biar kusendiri yang kembali menatanya serpihan demi serpihan agar siap kembali ditanam oleh pujaanku yang kan segera datang                                                                                                       Bureaucracy can’t stop me from    writing.

Merpati

Merpati terbang melayang Dilepas pemainnya di kejauhan Mencoba kembali dengan radar di hidungnya Untuk bertemu lagi dengan betinanya Merpati berpasangan Setia selalu berdua Apa jadinya jika sang betina dipisahkan? Sang jantan uring-uringan mencari ke sana ke mari Dicoba diganti dengan yang lain Tak akan ia peduli Ia mau betinanya Hanya dia, yang satu itu “Biarlah aku menua sendiri Karena hati ini tak mungkin dibagi Untukmu kujaga hati ini seorang diri Sampai nanti, sampai mati” – Merpati hitam tengkuk Bureaucracy can’t stop me from    writing.

Kopi di Pagi Hari

“Bu!” kataku sambil mengacungkan jari telunjuk. Itu kode yang kuberikan kepada ibu kantin hampir setiap pagi pada hari kerja. Kode yang telah sama-sama kami mengerti. Seperti sama mengertinya antara supir angkot dan penumpang yang mengetuk langit-langit angkot. Sama-sama mengerti walau tanpa adanya perjanjian sebelumnya. Tak sampai satu menit, hadirlah dihadapanku secangkir kopi hitam panas dengan aromanya yang khas. Aroma yang menyentuh lembut indera pembau di dalam batang hidungku yang—untungnya—agak mancung. Sejenak mata terpejam menikmati rangsangan yang datang. Indera pembauku seketika terpenuhi nafsunya. Merangsang otak menyekresikan hormon bahagia. Secepat aliran setrum menyambar, secepat itu pula senyum bahagia terbentuk di wajah. Kata orang, kopi bukan candu, tetapi nyatanya banyak orang sepertiku yang tak sanggup memulai hari tanpa secangkir kopi terkecap di lidahnya. Mata lebih membuka dan semangat lebih terpompa setelah tenggakan-tenggakan penuh kenikmatan.

Phonebloks - Ponsel Antigengsi

Telepon seluler (ponsel) dari hari ke hari semakin canggih. Teknologi yang disematkan ke dalam perangkat komunikasi portable ini pun semakin bervariasi dan semakin memudahkan aktivitas manusia. Mungkin pencipta telepon genggam pun tidak pernah membayangkan benda ciptaannya bisa dikembangkan hingga secanggih seperti sekarang ini. Sebuah anomali yang terjadi dari perkembangan telepon genggam adalah harga dari sebuah telepon genggam. Ketika pertama kali diciptakan, harga telepon genggam masih sangatlah mahal. Hanya orang-orang kaya yang dapat membeli telepon genggam. Sehingga telepon genggam dapat menjadi indikator kekayaan. Padahal fitur yang ada hanyalah kemampuan telepon nirkabel yang dapat dibawa ke mana-mana. Atau paling canggih adalah kemampuan pesan singkat yang masih sangat singkat. Bentuk dari telepon genggam pun masih sangat besar dan berat. Salah seorang artis, di sebuah acara bincang-bincang di televisi, menceritakan bahwa dia pernah memiliki telepon genggam sebes

Malam Pengagum Senja

Vinna Agustina Hartono Biar waktu yang menjawab apa yang harus senja lakukan untuk malam: Top of Form Sartika Noriza KopihitamRasapahit  senja memberi ruang pada siang dan malam untuk bertemu walau sebentar  Vinna Agustina Hartono  Menghantarkan rasa rindu yang tak kunjung sirna..  Sartika Noriza KopihitamRasapahit  ia antitesa dari siang yang merindu malam, antitesa dari malam yang merindu siang.  Vinna Agustina Hartono  Hingga rindu menjelma jengah, ia tak kunjung terlelap. Malam, tak bisakah senja menyapa siang lebih lama? Memuaskan rindu yang tak kunjung sirna Sartika Noriza KopihitamRasapahit  senja tak punya pilihan saat malam menenggelamkannya, senja adalah rindu, antitesa dari cinta yang tak perlu bertemu.  Vinna Agustina Hartono  Aku merapal dalam hati, menghubungkan jejak cinta yang kami miliki, namun entahlah... Sinar itu begitu menyilaukan mata. Sartika Noriza KopihitamRasapahit  kegelapan diperlukan ketika sinar terlalu silau, sesuatu

Pabrik Tua PG Modjo

Ketika libur tiba, yang sebaiknya kita lakukan adalah berwisata. Wisata bisa kemana saja, yang menurut kita bisa merilekskan tubuh dan pikiran. Berbeda-beda bagi setiap orang karena ketertarikan setiap orang terhadap sesuatu juga berbeda. Seperti yang aku lakukan belum lama ini. Aku berkunjung ke rumah Budeku yang ada di Sragen, Jawa Tengah, untuk menghadiri Mbakku yang menjalani prosesi ngunduh manten (salah satu prosesi pernikahan adat Jawa). Beberapa waktu lalu, Mbakku pernah menceritakan kondisi Kota Sragen yang cenderung sepi dan panas. Menurutnya tidak ada yang menarik di kota itu. Paling pun yang ada hanya sebuah lokasi pabrik tua yang ada sejak zaman Belanda dan masih beroperasi hingga saat ini. Pabrik tersebut adalah pabrik gula. Ketika pertama datang ke sana, lokasi pabrik gula tua itu adalah pertanyaan-pertanyaan pertama yang aku lontarkan. Pabrik gula itu bernama PG Modjo. Modjo (Mojo) merupakan nama desa di lokasi pabrik itu berdiri, mungkin juga nama buah seperti dal

Lagi Down

Pernah gak kalian ngerasa tiba-tiba berat banget beban di pundak? Gue pernah beberapa kali. Sebenernya beban berat itu si biasa aja. Tapi emang dasarnya guenya aja yang lemah. Yang bikin nggak enak tuh bebannya dateng dari orang-orang terdekat, misalnya keluarga. Gue tipenya kalo dapet beban berat tuh bisa tiba-tiba langsung down . Down bukan berarti langsung sakit panas menggigil sambil teriak-teriak nggak karuan di tengah malem ampe tetangga pada bangun. Down- nya itu tiba-tiba aja kehilangan mood. Sebagai anak muda sih moody itu biasa, tapi yang ini gak biasa. Gue bisa diem. Diem banget. Yang tadinya menggebu-gebu pengen kemana gitu, bisa gitu aja ngebatalin. Yang lagi seru-serunya main game, bisa gitu aja udahan dan males banget buat main. Biasanya yang gue lakuin kalo lagi kaya gitu, cuma tiduran, rebahan di kasur gue yang gak empuk. Bikin sakit badan itu kasur gue, tapi tetep aja jadi tempat yang paling nyaman kalo gue lagi down gara-gara ini. Soalnya badan gue yang kurus

Mari Bercerita

Payung Teduh kembali memperkenalkan karya emasnya. Lagu-lagu Payung Teduh dikenal sangat puitis dan romantis. Ditambah lagi dengan alunan musik Folk Jazz -nya yang syahdu membuat penikmat karyanya semakin merasakan keteduhannya. Salah satu lagu terbaru mereka berjudul Mari Bercerita. Karya-karya sebelumnya membuat kita membayangkan keromantisan si pembawa lagu dengan kekasihnya. Sementara di lagu ini, kita tidak perlu lagi membayangkannya karena lagu ini dibawakan secara duet dengan seorang wanita berparas ayu bernama panggilan Icha. Karya ini karya pertama Payung Teduh yang dibawakan secara duet. Suara mereka yang lembut dan merdu mampu membawa lagu ini ke suasana yang begitu romantis. Sebetulnya menurut penilaian saya, lirik lagu ini tidak sepuitis lagu-lagu sebelumnya. Liriknya sederhana, tetapi tidak menghilangkan romantismenya bahkan semakin dieksploitasi dengan kehadiran Icha sebagai teman duet Is (vokalis dan gitaris Payung Teduh). Berikut adalah lirik lagu tersebut.

Kliwon

Indonesia memiliki banyak sekali suku. Beberapa sumber menyebutkan bahwa suku bangsa di Indonesia berjumlah 1.340 suku. Salah satu suku itu adalah suku Jawa. Sebenarnya suku Jawa juga dibagi lagi ke beberapa subsuku, hanya saja aku belum menemukan referensi yang tepat mengenai jumlah pastinya. Seperti suku-suku di Indonesia, suku Jawa memiliki budaya yang unik, salah satunya mengenai kepercayaan. Suku Jawa percaya bahwa kejadian-kejadian dalam hidup manusia berkaitan dengan tanggal lahirnya. Lebih spesifik, kepercayaan itu dikenal dengan istilah wetonan. Sedangkan wetonan memiliki kata dasar weton. Weton merupakan gabungan antara hari dalam penanggalan masehi dengan hari dalam penanggalan Jawa. Dalam sistem penanggalan masehi terdapat 7 (tujuh) hari dalam satu minggu: Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Sedangkan dalam penanggalan Jawa, satu minggu hanya memiliki 5 (lima) hari: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Yang dimaksud penggabungan hari dalam weton adala

Planet Edupro Indonesia

Saya punya pengalaman yang agak buruk di suatu terminal di Jawa Tengah. Pengalaman dengan pedagang-pedagang yang menawarkan barang dagangannya dengan agak memaksa dan menjual kemelaratannya. Sebenarnya saya pun tidak tahu sebenarnya pedagang itu benar-benar melarat atau hanya ingin memancing rasa kasihan saja. Pada akhirnya pun saya membeli dagangan pedagang itu. Entah dari mana datangnya, seorang pedagang lain datang dengan modus yang sama. Dengan susah payah saya menolaknya. Saya kuras isi otak untuk sebisa mungkin menggunakan bahasa Jawa, yang sebenarnya bahasa dari kedua orang tua saya , tapi karena jarang sekali saya gunakan jadi sangat sulit mempraktikkannya. Saya mengerti yang mereka ucapkan dan saya sebenarnya tahu yang harus saya katakan dalam bahasa Jawa. Itu semua hanya melayang-layang di kepala tanpa bisa saya ucapkan dengan lancar. Kelu rasanya lidah ini untuk mengucapkannya. Sial. Akhirnya saya bulatkan tekad untuk menolak tawaran daganan mereka walaupun akting me

Dikejar Mengejar

secara teori dan kenyataan,  mengejar lebih membutuhkan sedikit energi daripada dikejar.  ketika kita mengejar, kita tidak memerlukan 100% tenaga yang kita miliki  karena kita terbantu dengan semangat dan ambisi untuk meraih yang kita kejar. sedangkan, ketika kita dikejar,  kita harus mengeluarkan 100% tenaga kita agar tidak tertangkap oleh yang mengejar kita,  sementara kita tidak bisa mengeluarkan 100% tenaga kita  karena sebagian tenaga kita sudah habis oleh rasa takut jika tertangkap. untuk itu, mari kita kejar impian kita untuk mengurangi beban dikejar  oleh sisa waktu kita. Bureaucracy can’t stop me from    writing.

"Umurmu berapa sekarang?"

"Umurmu berapa sekarang?" "22." "Udah punya pacar?" "Belum." "Nyari dari sekarang, umur yang ideal buat kawin tuh umur 25 dan berarti itu sebentar lagi kan?" "Iya sih, tapi belum kepikiran." "Nunggu kepikiran? Keburu tua kamu." Percakapan ini pernah aku alami. Tapi entah kapan dan dengan siapa percakapan ini aku lakukan. Aku lebih ingat kepada isi dari percakapan itu. Percakapan yang penuh dengan pertanyaan dan pernyataan yang menamparku. Menyadarkanku kepada sesuatu. Sesuatu yang amat penting dalam hidupku, mungkin juga bagi hampir semua orang: kawin. Kakakku baru saja kawin dengan pacarnya. Mereka pacaran sudah sekitar 4 tahun. Beberapa jam sebelum pesta perkawinannya dimulai, aku sempat berbincang dengan calon abang iparku. "Udah punya pacar belum?" "Belum." "Nanti sepupuku dateng, orangnya yang tingginya se-kamu, putih, langsing, pokoknya cantik deh. Kenal

Tentang Pilihan

Hidup ini tergantung kita sendiri mau kita buat seperti apa. Setiap saat kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Pilihan itu bisa saja lebih dari satu. Yang paling sulit justru jika hanya ada dua pilihan. Apalagi di antara dua pilihan itu kita tidak dapat menentukan pilihan mana yang cenderung lebih menguntungkan. Keduanya sama-sama memiliki hasil perhitungan yang tidak jauh berbeda. Seringkali kita tidak dapat memutuskan hingga pikiran kita terkuras habis hanya untuk menentukan pilihan yang akan kita pilih. Sebenarnya sederhana saja. Kita tidak perlu mempertimbangkan yang baiknya karena kita pasti sudah siap untuk itu. Yang perlu kita pertimbangkan justru yang tidak baiknya karena belum tentu kita dapat mengantisipasinya. Jika hingga tahap ini belum juga dapat kita tentukan, pilih saja salah satu. Secara sembarang pun tidak masalah, asalkan siap akan segala konsekuensinya. Hal seperti itu juga sering saya alami, salah satunya dengan pekerjaan saya. Dalam waktu satu bulan

Pulau Belitung Pertamaku

Pulau Belitung, pulau impian yang ingin aku datangi selain Pulau Bali dan Lombok. Tetapi, aku kali ini datang bukan dalam rangka wisata melainkan keterpaksaan tugas negara. Bukan saat dan keadaan yang aku inginkan. Bukan aku tidak senang atau bersyukur, tetapi ini lebih mengarah kepada ketidakidealan kondisi aku ke sini. Berat aku terbang ke salah satu surgaku ini. Kehilangan rasa ketertarikanku seketika. Mungkin juga ini karena aku tahu akan lama tinggal di pulau yang telah dikeruk harta karun timahnya. Bekerja di pulau ini untuk beberapa tahun ke depan bukan waktu yang singkat tentunya. Tak apalah. Aku mungkin berjodoh dengan pulau ini atau bisa jadi dengan salah satu gadis pulau ini. Pesawatku tiba di Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin, Kabupaten Belitung sekitar pukul 7 pagi. Hanya 45 menit perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta. Aku membayangkan pulau yang indah, hijau, mengagumkan. Awalnya dugaanku itu benar. Dari atas pesawat aku lihat pulau yang hijau dengan pepohonan

cerita bintang, gunung, dan awan

Beribu-ribu bintang di langit Hanya satu yang nampak kelipnya Ia muncul di antara celah rapatnya barisan awan Entah dari mana datangnya awan-awan itu Mungkin dari utara? Atau mungkin dari barat? Ah tidak! Ia datang dari arah gunung Dari gunung?

Berkah 2

Aku baru tertarik membaca dalam beberapa bulan belakangan ini. Aku mulai mencoba membaca buku yang menurutku cukup tebal dengan membelinya sendiri, biasanya aku hanya pinjam dari teman. ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ . Ketika aku ditempatkan kerja di Belitung, di KPP Pratama Tanjung Pandan, aku melihat sebuah buku. Buku yang sebenarnya sudah sering kulihat. Namun, baru belakangan ini aku penasaran dengan isinya. Buku itu berjudul "Berbagi Kisah & Harapan: Berjuang di Tengah Badai". Sebuah buku yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Awalnya ketertarikanku terhadap buku ini biasa saja. Hanya bisa menerka-nerka isinya: kumpulan cerita tentang perjuangan menjadi pegawai pajak. Dan ternyata itu benar. Ketertarikanku bertambah ketika tahu salah satu yang memberi testimoni adalah Asma Nadia, penulis hebat yang diidolakan banyak pembaca. Asma Nadia sudah membaca buku ini. " Buku-buku yang baik dan mencerahkan seperti Berbagi Kisah dan Harapan 2, Berjuang di Tengah Bada

Manado (1)

Kota Manado, salah satu kota yang ingin aku kunjungi. Bukan karena magnet Bunakennya, melainkan entah apa. Aku pun tidak tahu. Hanya penasaran. Aku bukan traveler. Bukan juga backpacker. Hanya memang sekadar ingin singgah saja. Aku tidak tahu ada apa di sana selain Pulau Bunaken. Tidak pernah kudengar sesuatu yang "Wah" tentang Manado yang bisa membuatku penasaran. Dasar memang keberuntunganku. Aku mendapatkan kesempatan ke Manado secara gratis, dibiayai negara lebih tepatnya. Kesempatan itu datang dalam rangka kewajibanku mengikuti kegiatan prajabatan. Ya, aku CPNS saat itu. CPNS di lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam draft awal pengumuman pemanggilan, aku dijadwalkan mengikuti prajabatan di Balai Diklat Cimahi. Kegiatan prajabatan dilaksanakan di beberapa kota, salah satunya Manado. Aku mengikuti perkembangan perubahan draft itu. Ada beberapa kali perubahan di daftar nama peserta prajabatan di kota-kota penyelenggara. Hal itu berkaitan dengan beberapa pertimba

Koki Didit

Laki-laki, ketika ditanya soal hobinya, sebagian besar menjawab olahraga, otomotif, atau musik. Tetapi tidak untuk Didit. Seorang anak laki-laki dari sebuah kampung di selatan Jakarta. Usianya baru 14 tahun. Tengah duduk di bangku kelas 3 SMP. Gusar mamanya yang mengetahui Didit ingin melanjutkan sekolahnya ke SMK jurusan Tata Boga. Mamanya, yang  single parent,  menginginkan Didit masuk ke SMA regular. Yang dianggap lebih universal dan lebih diterima di kalangan industri dan terutama lebih mudah melanjutkan ke jenjang universitas. “Emang apa salahnya sih mah kalo aku mau jadi koki?” tanya Didit kepada mamanya. “Ngapain kamu susah-susah sekolah kalo Cuma mau jadi tukang masak? Mendingan magang aja tuh sama tukang nasi goreng!” jawab mamasambil berkacak pinggang dan menunjuk ke arah luar rumah. “Ih beda mamaaaahh. Koki sama tukang masak biasa tuh beda banget. Tukang masak mah yang penting jadi dan enak di makan. Nah, kalo koki, sebutan kerennya  chef,  gak cuma asal jad

Bumi (tidak) Punya Masa Depan

Hari ini, Senin, 22 April 2013, diperingati Hari Bumi. Hari untuk mengingatkan bahwa kita hidup memerlukan tempat berpijak. Tempat melakukan segala aktivitas: bermain, bekerja, makan, berkeluarga, dan masih banyak lagi. Kita hidup di bumi. Bumilah yang memberikan kita hidup. Kita berhutang budi sangat banyak kepada bumi. Bumi telah memberikan segalanya untuk kita. Air, tanah, udara, dan mineral-mineral penting yang terkandung di dalam perutnya. Bumi memunculkan pepohonan yang menciptakan oksigen dan keteduhan bagi kita. Bisa kita nikmati dan ambil sesuka kita. Bumi begitu baik kepada kita. Mungkin bumilah makhluk yang paling ikhlas di dunia. Bumi begitu pasrah ketika kita mengambil bagian-bagian tubuhnya. Bumi pasrah ketika kita melubangi tubuhnya dan menciptakan lubang-lubang tak beraturan. Bumi pasrah ketika kita menggunduli hutannya. Bumi pasrah ketika kita mencoba mengubah arah aliran sungainya bahkan membelah gunung-gunungnya. Bumi pasrah ketika kita membenamkan beton-