Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Dikejar Mengejar

secara teori dan kenyataan,  mengejar lebih membutuhkan sedikit energi daripada dikejar.  ketika kita mengejar, kita tidak memerlukan 100% tenaga yang kita miliki  karena kita terbantu dengan semangat dan ambisi untuk meraih yang kita kejar. sedangkan, ketika kita dikejar,  kita harus mengeluarkan 100% tenaga kita agar tidak tertangkap oleh yang mengejar kita,  sementara kita tidak bisa mengeluarkan 100% tenaga kita  karena sebagian tenaga kita sudah habis oleh rasa takut jika tertangkap. untuk itu, mari kita kejar impian kita untuk mengurangi beban dikejar  oleh sisa waktu kita. Bureaucracy can’t stop me from    writing.

"Umurmu berapa sekarang?"

"Umurmu berapa sekarang?" "22." "Udah punya pacar?" "Belum." "Nyari dari sekarang, umur yang ideal buat kawin tuh umur 25 dan berarti itu sebentar lagi kan?" "Iya sih, tapi belum kepikiran." "Nunggu kepikiran? Keburu tua kamu." Percakapan ini pernah aku alami. Tapi entah kapan dan dengan siapa percakapan ini aku lakukan. Aku lebih ingat kepada isi dari percakapan itu. Percakapan yang penuh dengan pertanyaan dan pernyataan yang menamparku. Menyadarkanku kepada sesuatu. Sesuatu yang amat penting dalam hidupku, mungkin juga bagi hampir semua orang: kawin. Kakakku baru saja kawin dengan pacarnya. Mereka pacaran sudah sekitar 4 tahun. Beberapa jam sebelum pesta perkawinannya dimulai, aku sempat berbincang dengan calon abang iparku. "Udah punya pacar belum?" "Belum." "Nanti sepupuku dateng, orangnya yang tingginya se-kamu, putih, langsing, pokoknya cantik deh. Kenal

Tentang Pilihan

Hidup ini tergantung kita sendiri mau kita buat seperti apa. Setiap saat kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Pilihan itu bisa saja lebih dari satu. Yang paling sulit justru jika hanya ada dua pilihan. Apalagi di antara dua pilihan itu kita tidak dapat menentukan pilihan mana yang cenderung lebih menguntungkan. Keduanya sama-sama memiliki hasil perhitungan yang tidak jauh berbeda. Seringkali kita tidak dapat memutuskan hingga pikiran kita terkuras habis hanya untuk menentukan pilihan yang akan kita pilih. Sebenarnya sederhana saja. Kita tidak perlu mempertimbangkan yang baiknya karena kita pasti sudah siap untuk itu. Yang perlu kita pertimbangkan justru yang tidak baiknya karena belum tentu kita dapat mengantisipasinya. Jika hingga tahap ini belum juga dapat kita tentukan, pilih saja salah satu. Secara sembarang pun tidak masalah, asalkan siap akan segala konsekuensinya. Hal seperti itu juga sering saya alami, salah satunya dengan pekerjaan saya. Dalam waktu satu bulan