Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Hati yang Terkoyak

di sini, di dalam sini di dalam hatiku ini ada tanaman berakar tunggang yang tak tergoyahkan badai topan tanaman yang kau tanam dalam kita rawat siang malam akhirnya ia tumbuh tinggi menjulang meneduhi hati yang lama gersang tapi, tanpa peduli kondisi media tanamnya kau cabutnya begitu saja secara tiba-tiba aku tidak tahu kau mendapat kekeuatan darimana hatiku terkoyak serpihan dimana-mana terserak menyisakan lubang besar menganga yang tak tentu bentuk dan rupanya satu hal yang kutahu air mataku takkan jatuh sia-sia bentuk pertahanan terakhir menahan perihnya perih yang mendesak-desak rongga dada biarlah, biar kusendiri yang kembali menatanya serpihan demi serpihan agar siap kembali ditanam oleh pujaanku yang kan segera datang                                                                                                       Bureaucracy can’t stop me from    writing.

Merpati

Merpati terbang melayang Dilepas pemainnya di kejauhan Mencoba kembali dengan radar di hidungnya Untuk bertemu lagi dengan betinanya Merpati berpasangan Setia selalu berdua Apa jadinya jika sang betina dipisahkan? Sang jantan uring-uringan mencari ke sana ke mari Dicoba diganti dengan yang lain Tak akan ia peduli Ia mau betinanya Hanya dia, yang satu itu “Biarlah aku menua sendiri Karena hati ini tak mungkin dibagi Untukmu kujaga hati ini seorang diri Sampai nanti, sampai mati” – Merpati hitam tengkuk Bureaucracy can’t stop me from    writing.

Kopi di Pagi Hari

“Bu!” kataku sambil mengacungkan jari telunjuk. Itu kode yang kuberikan kepada ibu kantin hampir setiap pagi pada hari kerja. Kode yang telah sama-sama kami mengerti. Seperti sama mengertinya antara supir angkot dan penumpang yang mengetuk langit-langit angkot. Sama-sama mengerti walau tanpa adanya perjanjian sebelumnya. Tak sampai satu menit, hadirlah dihadapanku secangkir kopi hitam panas dengan aromanya yang khas. Aroma yang menyentuh lembut indera pembau di dalam batang hidungku yang—untungnya—agak mancung. Sejenak mata terpejam menikmati rangsangan yang datang. Indera pembauku seketika terpenuhi nafsunya. Merangsang otak menyekresikan hormon bahagia. Secepat aliran setrum menyambar, secepat itu pula senyum bahagia terbentuk di wajah. Kata orang, kopi bukan candu, tetapi nyatanya banyak orang sepertiku yang tak sanggup memulai hari tanpa secangkir kopi terkecap di lidahnya. Mata lebih membuka dan semangat lebih terpompa setelah tenggakan-tenggakan penuh kenikmatan.