Di postingan sebelumnya, aku telah menceritakan perjalananku pada hari pertama puasa. Ada bagian cerita yang belum aku ceritakan. Cerita tentang suasana hati ketika melihat-lihat bebatuan di Pantai Tanjung Tinggi. Suasana hati yang agak kecewa di tengah keriangan. Mari kuceritakan. Ketika aku berada di ketinggian bebatuan sebelum mengeluarkan laptopku, aku menyempatkan diri untuk melihat sekeliling. Melihat gugusan bebatuan yang bersanding dengan birunya air laut, birunya langit dengan aksen abu-abu khas awan mendung, dan juga putihnya pasir pantai. Di sapuan pandangan itu, aku terusik dengan tulisan di sebuah batu. Tulisan itu ditulis dengan pasir pantai: PURWO-DADI. Damn! Siapa yang sudah membuat tulisan itu? Tidak bertanggung jawab. tulisan PURWODADI setelah kucoba hapus Aku mempercepat urusan dengan laptopku. Aku turuni batu tempatku duduk. Aku meluncur ke “batu prasasti” tersebut. Cepat-cepat aku runtuhkan pasir-pasir pembentuk tulisan itu dengan tanganku. Kucoba ter...
Di mata kita ada lensa yang membalikkan posisi benda,
tapi otak kita selalu mampu menormalkannya kembali.