Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Coret-coret Batu

Di postingan sebelumnya, aku telah menceritakan perjalananku pada hari pertama puasa. Ada bagian cerita yang belum aku ceritakan. Cerita tentang suasana hati ketika melihat-lihat bebatuan di Pantai Tanjung Tinggi. Suasana hati yang agak kecewa di tengah keriangan. Mari kuceritakan. Ketika aku berada di ketinggian bebatuan sebelum mengeluarkan laptopku, aku menyempatkan diri untuk melihat sekeliling. Melihat gugusan bebatuan yang bersanding dengan birunya air laut, birunya langit dengan aksen abu-abu khas awan mendung, dan juga putihnya pasir pantai. Di sapuan pandangan itu, aku terusik dengan tulisan di sebuah batu. Tulisan itu ditulis dengan pasir pantai: PURWO-DADI. Damn! Siapa yang sudah membuat tulisan itu? Tidak bertanggung jawab. tulisan PURWODADI setelah kucoba hapus Aku mempercepat urusan dengan laptopku. Aku turuni batu tempatku duduk. Aku meluncur ke “batu prasasti” tersebut. Cepat-cepat aku runtuhkan pasir-pasir pembentuk tulisan itu dengan tanganku. Kucoba ter

Puasa Pertama

Hari ini, 29 Juni 2014, hari pertama puasa menurut hasil sidang isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama. Waktu sekolah dulu, seingatku, ketika hari pertama puasa, sekolah diliburkan. Untuk tahun ini, hari pertama puasa tidak diliburkan karena bertepatan dengan hari Minggu, yang otomatis libur. Hari puasa pertama, libur, otakku berpikir, jika hari ini digunakan hanya tidur-tiduran, alangkah ruginya aku. Yang kudapat hanya rasa lemas dan memandangi jam setiap saat. Jika kugunakan untuk keluar, aku tidak begitu yakin akan tahan godaan untuk mengakhiri puasa hari pertamaku ini. Sebab, ini Belitung, pulau tropis yang mataharinya cukup menyengat pada siang hari. Berbagai macam pertimbangan aku pikirkan. Jarang-jarang aku berpikir sebegini keras. Tak lama, aku bangkit dari tidur panjangku selepas sholat subuh. Pukul sembilan, tak biasanya aku mandi sepagi ini pada hari libur. Habis mandi, aku putuskan mengemasi kamera dan laptopku ke dalam tas pinjaman yang belum aku kembalikan.

Orang Gila Itu Bernama Bob Marino

Siang hari, ketika jam makan siang, aku galau mau makan siang apa. Sehingga aku putuskan untuk tidak makan siang dan hunting foto ke Pantai Tanjung Pendam. Kebetulan siang itu air laut sedang surut yang lumayan jauh. Banyak kapal yang terdampar di pantai tidak bisa digunakan melaut. Cukup indah untuk dipandang dan dipijak, tetapi tidak cukup indah untuk dijadikan objek foto atau memang aku bukan fotografer. Hehe. Setelah puas melihat-lihat dan mengambil beberapa gambar di titik terdekat dari garis pantai ke Pulau Kalimoa, pulau terdekat dari Pantai Tanjung Pendam, aku beralih ke pantai yang biasa digunakan untuk kegiatan rekreasi keluarga. Daerah pantai, yang masih di Tanjung Pendam, yang masih digunakan untuk kegiatan perlombaan. Sedang sibuk mengutak-atik setingan kameraku, aku diusik oleh seorang kakek berusia 69 tahun. Itu bukan tebakan, karena memang dia lahir tahun 1945, aku lupa tanggal tepatnya. Kakek bercelana jeans itu meminta untuk difotokan dengan latar Pantai T

Menulis di Kesendirian

Aku ingin curhat. Tolong dengarkan, wahai, Kesendirian! Seperti kebanyakan kegemaran, bagiku, menulis memerlukan teman. Teman yang akan meningkatkan rasa senang ketika menulis. Teman yang membangkitkan rasa ingin menulis. Meskipun aku bukan penulis. Ketika berada di antara teman-teman yang juga suka menulis, terutama ketika bersama teman-teman Birokreasi , aku merasa ada begitu banyak isi kepala yang ingin segera dikeluarkan ke lembaran-lembaran kertas elektronik. Walaupun nyatanya tidak banyak yang kuhasilkan karena aku bukan penulis seperti teman-teman hebatku itu. Ataupun jika sesungguhnya memang ada yang ingin aku tulis, sesegera itu aku urungkan karena hasil tulisanku tidak sanggup menjangkau mereka nun jauh di sana. Aku merasa butuh berada di antara orang-orang seperti mereka. Sempat ada seorang teman baru yang juga memiliki kegemaran yang serupa, tetapi tak berapa lama ia berpindah tempat kerja dan tak lagi bersua. Percik-percik bara kegemaranku untuk menulis masi