Hari ini, Senin, 22 April 2013,
diperingati Hari Bumi. Hari untuk mengingatkan bahwa kita hidup memerlukan
tempat berpijak. Tempat melakukan segala aktivitas: bermain, bekerja, makan,
berkeluarga, dan masih banyak lagi. Kita hidup di bumi. Bumilah yang memberikan
kita hidup. Kita berhutang budi sangat banyak kepada bumi. Bumi telah
memberikan segalanya untuk kita. Air, tanah, udara, dan mineral-mineral penting
yang terkandung di dalam perutnya. Bumi memunculkan pepohonan yang menciptakan
oksigen dan keteduhan bagi kita. Bisa kita nikmati dan ambil sesuka kita.
Bumi begitu baik kepada kita. Mungkin
bumilah makhluk yang paling ikhlas di dunia. Bumi begitu pasrah ketika kita
mengambil bagian-bagian tubuhnya. Bumi pasrah ketika kita melubangi tubuhnya
dan menciptakan lubang-lubang tak beraturan. Bumi pasrah ketika kita
menggunduli hutannya. Bumi pasrah ketika kita mencoba mengubah arah aliran
sungainya bahkan membelah gunung-gunungnya. Bumi pasrah ketika kita membenamkan
beton-beton superberat di tubuhnya. Bumi pasrah dan ikhlas menerima itu semua
demi seluruh makhluk yang tinggal di atas dan di dalamnya.
Tapi kita terlena. Memanfaatkan sifat
kepasrahan bumi dengan seenaknya. Melampaui batas. Ingat! Bumi pasrah hanya
semata-mata untuk membahagiakan kita tanpa merusak bumi. Bumi tidak ikhlas jika
kita berlebihan. Bumi marah. Itulah alasan mengapa bumi kita terasa panas
belakangan ini. Peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Panas itu tak
semata-mata berasal dari gas-gas efek rumah kaca, tetapi juga berasal dari
kemarahan yang semakin menumpuk hari demi hari. Tidak pantas kita tinggal di
bumi. Seenaknya kita mengambil dan menyisakan kerusakan di mana-mana.
Bumi masih bermurah hati kepada
kita. Ia tidak menumpahkan seluruh kemarahannya sekaligus. Ia memberikan
tanda-tanda kemarahannya melalui kejolak-kejolak alam yang ditimbulkannya. Gunung-gunung
hampir serentak menjadi aktif dan mengeluarkan sedikit lavanya. Mengembalikan kesuburan
tanah dan kandungan mineral yang telah dijarah oleh manusia. Bumi juga mulai
merapikan dirinya sendiri dengan melongsorkan sebagian tanahnya. Mencoba merubuhkan
beton-beton yang dianggapnya terlalu tinggi dengan retakan di permukaan bumi
serta anginnya yang sangat kencang.
Begitu banyak sampah yang kita
ciptakan. Kita taruh seenaknya di perut bumi sehingga menimbulkan polusi tanah.
Tapi apa? Bumi menerima saja. Bahkan ia mencoba dengan sekuat tenaga
mengurainya dan menjadikannya kembali menjadi ke unsur awalnya. Meskipun ribuan
bahkan jutaan tahun waktu yang diperlukannya. Ada juga sampah yang kita bakar,
tetapi bukankah itu hanya menimbulkan polusi udara? Belum lagi polusi yang kita
timbulkan dari industri dan kendaraan bermotor. Menimbulkan gas-gas efek rumah
kaca yang membuat bumi semakin panas. Lagi-lagi, bumi mencoba menyaring
polusi-polusi itu melalui pohon-pohon yang ia timbulkan dari dalam tanah. Meskipun
jumlahnya semakin sedikit. Betapa bodohnya kita menebangi penyaring udara alami
yang menghasilkan udara yang layak hirup dan menyehatkan kita.
Di air pun begitu. Beberapa tahun
lalu telah ditemukan timbunan sampah yang luar biasa banyak di Samudera
Pasifik. Sampah-sampah itu berkumpul di tempat yang disebut Pacific
Trash Vortex. Letaknya saya jabarkan melalui gambar. Luasnya hampir
sama dengan luas salah negara bagian Amerika Serikat: Texas. Sampah-sampah yang
di dominasi oleh sampah plastik itu terkumpul karena kegiatan membuang sampah
yang diduga dari arus lautnya, yang disebut North
Pacific Gyre, berasal dari Negara-negara di sekitarnya, seperti Cina,
Jepang, dan Alaska. Ini bencana besar
yang kita timbulkan. Sadarkah kita? Kalaupun iya, sudah terlampau terlambat
untuk itu. Volumenya sudah terlampau besar. Itulah cara bumi mengumpulkan
sampah-sampah yang kita buang ke laut. Bumi mau melindungi manusia dari cemaran
sampah kita buat sendiri dengan menjauhkan sampah-sampah itu dari bibir pantai
dan mengumpulkannya di tengah samudera yang jauh dari manusia.
sumber: lagoon-inside.com |
sumber: foreveruniversebeyondpetroleum.blogspot.com |
sumber: eatsingride.blogspot.com |
Masihkah merasa kita tidak
berlebihan? Masih berpikir bumi adalah makhluk pendendam yang siap melenyapkan manusia-manusia
yang tinggal di atasnya? Bumi itu makhluk yang paling ikhlas. Bumi bukan
makhluk pendendam. Bumi mencintai makhluk-makhluk yang tinggal bersamanya. Dengan
cara-caranya yang jelas-jelas melindungi kita semua. Kita saja yang terkadang
hanya melihatnya dari sisi negatifnya. Marilah kita bantu bumi melindungi
dirinya dan makhluk lainnya. Jika kita tidak mampu berbuat yang besar maka
berbuatlah mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai saat ini
(saya ambil sedikit kata-kata Aa’ Gym). Seperti membuang sampah di tempatnya. Sungguh
ini hal kecil yang jika kita lakukan bersama-sama akan berdampak besar. Jika hal
kecil seperti ini saja kita tidak sanggup, saya yakin bumi tidak akan punya
masa depan.
Tulisan ini saya buat dalam rangka memperingati Hari Bumi.
kereeeeeennn... fotografer e hehehe
BalasHapushahaha gapapa lah, yang penting ada yang kerennya :)
BalasHapusaku juga miris tuh ngliat bangunan2 tinggi berlomba2 dibangun. Seolah ga mau liat tanah nganggur. Bahkan yg udah ada penghuninya jg digusur.. Bangunan2 dibangun tanpa ngliat efeknya pd lingkungan. Ga da lahan hijau, resapan air makin berkurang. Polusi makin parah..
BalasHapusduuuh.. sediiiih :((
iyah, tapi mereka lebih sedih kalo mereka kalah jumlah hartanya daripada orang lain :(
BalasHapus