Hidup ini tergantung kita sendiri
mau kita buat seperti apa. Setiap saat kita selalu dihadapkan dengan pilihan.
Pilihan itu bisa saja lebih dari satu. Yang paling sulit justru jika hanya ada
dua pilihan. Apalagi di antara dua pilihan itu kita tidak dapat menentukan
pilihan mana yang cenderung lebih menguntungkan. Keduanya sama-sama memiliki
hasil perhitungan yang tidak jauh berbeda. Seringkali kita tidak dapat
memutuskan hingga pikiran kita terkuras habis hanya untuk menentukan pilihan
yang akan kita pilih.
Sebenarnya sederhana saja. Kita
tidak perlu mempertimbangkan yang baiknya karena kita pasti sudah siap untuk
itu. Yang perlu kita pertimbangkan justru yang tidak baiknya karena belum tentu
kita dapat mengantisipasinya. Jika hingga tahap ini belum juga dapat kita tentukan,
pilih saja salah satu. Secara sembarang pun tidak masalah, asalkan siap akan
segala konsekuensinya.
Hal seperti itu juga sering saya
alami, salah satunya dengan pekerjaan saya. Dalam waktu satu bulan pertama,
saya sudah dihadapkan dengan pilihan pekerjaan. Pekerjaan pertama sudah sering
saya hadapi dan terbukti saya bisa melakukannya sebatas selesai dan puas dengan
hasilnya. Atasan saya pun saya rasa cukup puas dengan hasil pekerjaan saya.
Kemudian pekerjaan kedua adalah bidang pekerjaan yang baru bagi saya dan juga
memerlukan keterampilan yang lebih spesifik yang saya tidak tahu sebatas apa
keterampilan itu saya miliki. Pekerjaan kedua ini memerlukan keterampilan di
bidang komputer. Secara pribadi saya tidak begitu menguasai bidang ini. Mungkin
hanya orang-orang tertentu yang tertaik di bidang komputerlah yang bersedia
menerima pekerjaan ini.
Pada waktu itu, pegawai lama yang
mengerjakan pekerjaan ini baru saja mendapat surat mutasi untuk berpindah tugas
ke kantor lain. Sementara tidak ada tanda-tanda bahwa pegawai lama itu mendapatkan
pengganti dari kantor lain. Padahal posisi itu harus ada yang mengisi. Ini
kondisi darurat. Saya, pegawai yang masih baru ini, ditawari untuk mengisi
posisi tersebut. Seketika keraguan muncul di dalam dada. Saya pun sempat
bertanya kepada teman saya sesama pegawai baru yang saya tahu lebih memiliki
keterampilan untuk pekerjaan itu dibandingkan saya. Dua orang yang saya
tanya jawabannya senada: saya memang
suka dan bisa, tetapi saya tidak mau dengan pertimbangan karir.
Wajar saja. Pekerjaan ini
kebanyakan diisi oleh orang yang itu-itu saja dalam kurun waktu yang relatif
lama untuk satu posisi yang sama. Sebagai perbandingan, pegawai lama—yang
dimutasi tersebut—sudah menduduki posisi ini selama 8 tahun.Keraguan seketika muncul. Di satu
sisi, saya merasa tertantang untuk mengisi posisi yang sebenarnya bukan
kompetensi saya, tetapi saya tertarik dengan bidang itu dan ingin mencobanya. Padahal
pepatah mengatakan: serahkanlah pekerjaan kepada ahlinya.
Di sisi lain, jenjang
karir memang agak terhambat untuk berkembang dan kenyataannya seperti itu. Saya
sangat kesulitan dalam memutuskan. Dengan segala pertimbangan yang
sangat banyak dalam waktu yang singkat, akhirnya saya memutuskan untuk menerima
tawaran mengisi posisi tersebut. Entah seberapa besar kemampuan saya untuk
melakukan pekerjaan itu. Saya pun berprinsip untuk menentang kata sang pepatah
di atas menjadi: serahkan pekerjaan kepada orang yang mau mengerjakan walaupun
ia belum bisa melakukannya karena ia akan bisa dengan sendirinya dengan
pembelajaran yang berkesinambungan dan jangan berikan pekerjaan kepada orang yang
tidak mau padahal ia bisa mengerjakannya karena ia akan melakukan pekerjaan itu
tidak dengan sepenuh hati sehingga hasil pekerjaannya tidak akan sesuai dengan
yang diharapkan. Meskipun hingga saat ini belum bisa diukur keberhasilan saya
mengerjakan pekerjaan saya, saya yakin saya bisa menjadi yang diharapkan oleh
organisasi.
Itulah pendapat saya dan itu yang
saya lakukan. Jika kita masih bingung atas sesuatu, ambil salah satu pilihan
dan bersiaplah dengan segala konsekuensinya. Lupakan pilihan yang tidak kita
ambil agar kita bisa fokus untuk berusaha maksimal dengan pilihan yang kita
pilih dan tidak ada kata penyesalan setelahnya. Saya akan berusaha menerapkan
prinsip ini di aspek kehidupan yang lain, tidak hanya di aspek pekerjaan.
Komentar
Posting Komentar