Langsung ke konten utama

The Sadgenic


Apa yang pertama kita pikirkan ketika mendengar kata puisi? Indah, anggun, luar biasa, menyentuh, atau bahkan tidak mengerti apa maksudnya? Saya bukan orang sastra, saya juga tidak paham sastra. Akan lebih mudah mengerti fisika ketimbang sastra. Mungkin ketika mempelajari fisika, terlihat begitu rumit dengan segala gambar, grafik, rumus, sampai variabel-variabelnya. pusing rasanya. Tapi tahukah kita bahwa sesungguhnya itu mudah ketika kita, bagi yang bukan orang sastra, mempelajari sastra. Terutama puisi. Saya sudah mencoba membuat puisi, memulai inspirasi dari apa yang sedang saya pikirkan saat itu. Saya pikirkan, saya buat, saya susun. awalnya saya pikir itu mudah, hanya merangkai kata. sebab setahu saya, saya laki-laki, laki-laki itu menurut saya secara alami memiliki bakat "nggombal" sehingga bisa dengan mudah membuat puisi yang indah, yang dapat meluluhkan hati wanita pujaan.

sampai suatu saat saya melakukan travelling dengan teman sekantor saya: Galih (@galihrakas), Anu (@priasanubari), dan Mas Dwi (@dwie_oei), dengan sokongan dana dari Ibu Indah (@indieluvie). kami travelling ke Green Canyon, salah satu objek wisata hijau yang sangat indah di Jawa Barat, dekat Pangandaran, menggunakan jasa travel dari @tukang_jalan. galih berkata bahwa nanti kita travelling bareng dengan Rahne Putri (@rahneputri). Rahne Putri? Siapa dia? Saat itu saya memang belum tahu tentangnya. Asing. Katanya, Rahne itu selebtwit. Baru kali itu saya mendengar kata selebtwit. Setelah dijelaskan secara singkat, saya masih belum tertarik mengenai sosok Rahne. Mungkin karena memang pada dasarnya saya kurang suka membaca. Ketika dikatakan dia penulis hebat, respon saya biasa saja sebab begitu banyak penulis hebat di luar sana. Hanya beberapa buku mereka yang pernah saya baca. Bisa dihitung dengan jari bahkan tidak saya baca sampai habis.

Saya pun diberitahu sosok Rahne. Wanita berkacamata, kalau tidak salah. Entah kenapa waktu itu saya begitu tidak peduli. Ya sudahlah, pikirku. Toh, saya tidak mengenal dia, apalagi bukunya. Dan saya memang lebih antusias terhadap travelling itu ketimbang mengenal orang baru.

Barulah selang beberapa lama, saya penasaran dengan sosok Rahne. Saya mulai mencari akun twitternya. Begitu juga dengan blognya. Saya baru paham apa itu selebtwit. Dia mempunyai puluhan ribu follower di twitter. WOW!! Buzzer adalah profesi yang mengikutinya. Ternyata Rahne itu penulis yang hebat, jagoan merangkai kata. Buku yang terkenal adalah: Sadgenic. Isinya berisi rangkaian sajak-sajak indah. Sangat indah. Saya pun hanya sanggup membaca beberapa lembar sekali baca. Bukan karena malas atau mata pedas, tetapi memang isinya yang entah bagaimana langsung membuat saya lemas. Bagaimana bisa seorang wanita merangkai kata dengan begitu indahnya? Itu pertanyaan yang spontan keluar setidaknya dari mulut 3orang setelah membaca Sadgenic.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4dTy2leSmBbOk1vd5DY7HxQ9C_Shne9WY2KobHpmxl0jL15-t86nNF9ZcWJy_we9VhGTCtHuWWxbmls7LFelO676zrkmBgfGqnFC0RUDZ89BkzlN9ZxhdvC6Hms2w1IuJOL_MDTuE4BI/s1600/sadgenic.jpg

Sebelum saya membaca Sadgenic, saya sudah mencoba membuat beberapa puisi, seperti postingan-postingan lama saya di tumblr. Seketika saya sadar, saya tidak berbakat sama sekali menulis puisi setelah membaca Sadgenic. Saya belum berani memposting puisi saya. terlalu jauh kualitasnya dari ciptaan Sang Dewi. Apapun bisa menjadi inspirasinya. Detik, gerhana, awan, jemari, keyboard komputer, bahkan matematika. Kata-kata yang dirangkai pun jelas menggambarkan luasnya wawasan Rahne. Wajar saja banyak yang menggilai sosoknya yang jenius. Begitu banyak cinta di dalamnya. Namun, tetap saja tidak dapat menyembunyikan keperempuanannya. Ya, Rahne tetap seorang perempuan di dalam bukunya.

Saya petikkan satu bait:
Aku akan menghapus garis cakrawala,
agar matahari tak tenggelam,

dan kita terpenjara pada hari ini, dengan rasa ini.

Selamanya.
Mau tahu lebih banyak tentang isinya?
Beli bukunya atau silakan buka rahneputri.com

 Tulisan ini dibuat dalam rangka meramaikan #7HariMenulis dari @birokreasi.

Komentar

  1. aku ga bisa bikin puisi. Baca puisipun kadang bingung apa maksudnya. Tapi walopun ga mudeng, aku menyukai keindahan kata2nya :D

    BalasHapus
  2. saya punya buku sadgenic dan udah follow dia sejak lama :)

    kalau kamu pengen tahu @rahneputri versi lakik, bisa follow @zarryhendrik. kalau pujangga versi lain bisa follow @hurufkecil atau @jokopinurbo

    selamat terjebak di lembah aksara :D

    BalasHapus
  3. iya, percakapan mereka berdua yang terasa paling dalem :)

    BalasHapus
  4. puisi itu tak bagus buat diamati sering-sering bud. kehidupan di luar sana banyak yang lebuh menarik daripada membaca puisi. apalagi sekarang ada anggapan bahwa penulis puisi adalah penulis yang malas. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, kehidupan itu tak seindah birama puisi yang paling tidak indah sekalipun

      Hapus
  5. Belakangan puisi sudah jarang diminati, tp kehadiran orang2 seperti Rahne ini memang bagus buat menggiatkan kembali antusiasme berpuisi dan membaca puisi.

    BalasHapus
  6. Kata ilmuwan cinta hanya tetesan enzim. Rindu hanya kebutuhan seksual (termasuk sentuhan tangan saja) yang tak terpenuhi. :p

    BalasHapus
  7. Saya bukan ilmuwan, saya lebih suka dari sisi romantisme yang melambungkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Bercerita

Payung Teduh kembali memperkenalkan karya emasnya. Lagu-lagu Payung Teduh dikenal sangat puitis dan romantis. Ditambah lagi dengan alunan musik Folk Jazz -nya yang syahdu membuat penikmat karyanya semakin merasakan keteduhannya. Salah satu lagu terbaru mereka berjudul Mari Bercerita. Karya-karya sebelumnya membuat kita membayangkan keromantisan si pembawa lagu dengan kekasihnya. Sementara di lagu ini, kita tidak perlu lagi membayangkannya karena lagu ini dibawakan secara duet dengan seorang wanita berparas ayu bernama panggilan Icha. Karya ini karya pertama Payung Teduh yang dibawakan secara duet. Suara mereka yang lembut dan merdu mampu membawa lagu ini ke suasana yang begitu romantis. Sebetulnya menurut penilaian saya, lirik lagu ini tidak sepuitis lagu-lagu sebelumnya. Liriknya sederhana, tetapi tidak menghilangkan romantismenya bahkan semakin dieksploitasi dengan kehadiran Icha sebagai teman duet Is (vokalis dan gitaris Payung Teduh). Berikut adalah lirik lagu tersebut.

Mengenang PT. Texmaco Perkasa Engineering

Industri manufaktur Indonesia sedang dalam perkembangan yang cukup memberikan angin segar. Beberapa waktu lalu kita digegerkan dengan mobil yang diciptakan di Indonesia oleh para pelajar SMK di Solo dengan bantuan dari perusahaan karoseri lokal, Kiat Keroseri. Mobil itu diberi label buatan pabrikan Esemka dengan berbagai variannya. Di antaranya adalah Digdaya dan Rajawali. Tidak hanya itu, bahkan murid-murid SMK telah diajarkan merakit pesawat terbang. Walaupun jenisnya hanya pesawat latih. Masyarakat bersemangat dan bergairah dengan kabar menggembirakan tersebut. Sebagian masyarakat bahkan telah memesan mobil-mobil buatan murid-murid SMK tersebut. Bapak Jokowi, selaku Walikota Solo kala itu, juga telah menggunakan mobil Esemka sebagai kendaraan dinasnya. Media begitu menggembar-gemborkan berita itu. Hampir semua stasiun televisi memberitakannya. Lalu, apa yang terjadi sekarang? Sudah hampir tidak ada beritanya lagi yang muncul di televisi. Kita hanya bisa menikmati beritanya dari me

Pabrik Tua PG Modjo

Ketika libur tiba, yang sebaiknya kita lakukan adalah berwisata. Wisata bisa kemana saja, yang menurut kita bisa merilekskan tubuh dan pikiran. Berbeda-beda bagi setiap orang karena ketertarikan setiap orang terhadap sesuatu juga berbeda. Seperti yang aku lakukan belum lama ini. Aku berkunjung ke rumah Budeku yang ada di Sragen, Jawa Tengah, untuk menghadiri Mbakku yang menjalani prosesi ngunduh manten (salah satu prosesi pernikahan adat Jawa). Beberapa waktu lalu, Mbakku pernah menceritakan kondisi Kota Sragen yang cenderung sepi dan panas. Menurutnya tidak ada yang menarik di kota itu. Paling pun yang ada hanya sebuah lokasi pabrik tua yang ada sejak zaman Belanda dan masih beroperasi hingga saat ini. Pabrik tersebut adalah pabrik gula. Ketika pertama datang ke sana, lokasi pabrik gula tua itu adalah pertanyaan-pertanyaan pertama yang aku lontarkan. Pabrik gula itu bernama PG Modjo. Modjo (Mojo) merupakan nama desa di lokasi pabrik itu berdiri, mungkin juga nama buah seperti dal